Showing posts with label selingkuh. Show all posts
Showing posts with label selingkuh. Show all posts

Tuesday, April 3, 2018

Istri Tertanggal Yang Menjadi Istri Gelapku

Sudah bertahun-tahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku berjalan dengan baik. Setiap malam ada satu grup terdiri dari tiga orang. Sebagai anak muda yang sudah bekerja aku dapat giliran ronda pada malam minggu.

Pada suatu malam minggu aku giliran ronda. Tetapi sampai pukul 23.00 dua orang temanku tidak muncul di pos perondaan. Aku tidak peduli mau datang apa tidak, karena aku maklum tugas ronda adalah sukarela, sehingga tidak baik untuk dipaksa-paksa. Biarlah aku ronda sendiri tidak ada masalah.

Karena memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mengontrol kampung. Biasanya kami mengelilingi rumah-rumah penduduk. Pada waktu sampai di samping rumah Pak Agus, aku melihat kaca nako yang belum tertutup. Aku mendekati untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yang membukanya. Dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi. Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja. Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur Pak Agus dan istrinya. Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur lebih jelas terdengar. "Ssshh.. hhemm.. uughh.. ugghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas itu suara Bu Siti yang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak Agus sedang mengocok liang vagina Bu Siti. Aduuh, darahku naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul-betul iri membayangkan Pak Agus menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Siti yang cantik dan bahenol itu.

"Oohh, sshh buu, aku mau keluar, sshh.. sshh.." terdengar suara Pak Agus tersengal-sengal. Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Agus sudah ejakulasi dan pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Siti. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang dari tadi.
Istri Tertanggal Yang Menjadi Istri Gelapku
Istri Tertanggal Yang Menjadi Istri Gelapku

Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat tidurnya. Walaupun nako tidak terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yang mengamati kegiatan mereka di sore hari. Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Apabila aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur. Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih Bu Siti yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Agus), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan. Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Agus dan khususnya suara Bu Siti yang keenakan disetubuhi suaminya.

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Siti juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Agus itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus. Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena Bu Siti istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Siti pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Siti.

Pada suatu hari aku mendengar Pak Agus opname di rumah sakit, katanya operasi usus buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Siti. Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Agus. Sore itu, mereka sepakat Bu Siti akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Siti sudah beberapa hari tidak pulang. Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.

Sehabis mahgrib aku bersama Bu Siti pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak Agus. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang. Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Siti.

"Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Siti sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan yaa", kataku hati-hati.
"Ya, itulah Dik Edi. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan", jawab Bu Siti.
"Tapi anu tho bu.. anuu.. bikinnya khan jalan terus." godaku.
"Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiya Dik Edi" jawab Bu Siti agak kikuk. Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayang kembali desahan Bu Siti yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.
"Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?" lanjutku.
"Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Edi kawin. Sudah kerja, sudah punya mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo", kata Bu Siti.
"Eeh, benar nih Bu Siti. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yang kayak IBu Siti ini lhoo", kataku menggodanya.
"Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi", katanya sambil ketawa.
Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu Siti harus aku dapatkan.
"Eeh, Bu Siti. Kita kan nggak usah buru-buru nih. Di rumah Bu Siti juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa", ajakku dengan penuh kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.
"Tapi nanti kemaleman lo Dik", jawabnya.
"Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu", aku sedikit memaksa.
"Yaa gimana yaa.. ya deh terserah Dik Edi. Tapi nggak malam-malam lho." Bu Siti setuju. Batinku bersorak.

Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku persempit.
"Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Siti dong Bu. benar nih. Soalnya begini bu, tapii eeh nanti Bu Siti marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh", kubuat Bu Siti penasaran.
"Emangnya kenapa siih." Bu Siti memandangku penuh tanda tanya.
"Tapi janji nggak marah lho." kataku memancing. Dia mengangguk kecil.
"Anu bu.. tapi janji tidak marah lho yaa."
"Bu Siti terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu Siti. Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Siti. Aku menyadari ini nggak betul. Bu Siti kan istri tetanggaku yang harus aku hormati. Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali", kataku menghiba. Bu Siti melongo, memandangiku. sendoknya tidak terasa jatuh di piring. Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.

Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir. Di luar dugaanku, Bu Siti balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang. Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.
"Awaas! hati-hati!" Bu Siti menjerit kaget.
"Aduh nyalib kok nekad amat siih", gerutuku.
"Makanya kalau nyetir jangan macam-macam", kata Bu Siti. Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai di rumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang.

Di rumah aku mencoba untuk tidur. Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Siti yang sekarang sendirian, hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk mendatangi rumah Bu Siti. Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Siti. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca nakonya, "Bu Siti, aku Budi", kataku lirih. Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Siti bangun dan takut. Bisa juga mengira aku maling. "Aku Budi", kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit. Nako terbuka sedikit. "Lewat belakang!" kata Bu Siti. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur. Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali. Aku nggak tahan lagi, Bu Siti aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut dan mesra, penuh kerinduan. Bu Siti membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.

"Aku nggak bisa tidur", bisikku.
"Aku juga", katanya sambil memelukku erat-erat.
Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman lagi dengan lebih bernafsu. "Buu, aku kangen bangeet. Aku kangen", bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Nafsu kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur. Bu Siti membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Siti menyingkapkan dasternya ke atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung. Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemaluannya yang berbulu tebal. Celana dalamnya kupelorotkan, dan Bu Siti meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya. Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang. Bu Siti segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh, rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Siti, bertelekan pada sikut dan dengkulku.

Kaki Bu Siti dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah. Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk, semakin dalam, semakin.. dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Siti. Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Siti yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu. "Aduuh, Dik Edi, Dik Edi.. enaak sekali, yang cepaat.. teruus", bisik Bu Siti sambil mendesis-desis. Kupercepat lagi. Suaranya vagina Bu Siti kecepak-kecepok, menambah semangatku. "Dik Edi aku mau muncaak.. muncaak, teruus.. teruus", Aku juga sudah mau keluar. Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Siti sampai amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Siti. Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku melayang entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi puas sekali.
Istri Tertanggal Yang Menjadi Istri Gelapku
Istri Tertanggal Yang Menjadi Istri Gelapku

Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yang terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.
"Dik Edi, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan siapa aku membuat anak", katanya sambil mencubitku. Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Siti tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai aku kawin dengan wanita lain. Bu Siti walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.

Keluarga Pak Agus sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang cantik. Apabila di kedepankan, Bu Siti sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis. Tetanggaku pada meledek Bu Siti, mungkin waktu hamil Bu Siti benci sekali sama aku. Karena anaknya yang cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yang persis seperti mata, pipi, hidung, dan bibirku.

Seperti telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Siti istri tetanggaku yang cantik itu tetap berlanjut sampai kini, walaupun aku telah berumah tangga. Namun dalam perkawinanku yang sudah berjalan dua tahun lebih, kami belum dikaruniai anak. Istriku tidak hamil-hamil juga walaupun penisku kutojoskan ke vagina istriku siang malam dengan penuh semangat. Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks yang besar. Baru disentuh saja nafsunya sudah naik. Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya, menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar vaginanya yang tebal bulunya itu segera digarap. Di mana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu, ya aku masukkan saja penisku ke vaginanya. Istriku juga dengan penuh gairah menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar-benar membuat hidupku penuh semangat dan gairah.

Tetapi karena istriku tidak hamil-hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau mandul, jelas aku tidak. Karena sudah terbukti Bu Siti hamil, dan anakku yang cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan keluarga Pak Agus. Apakah istriku yang mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yang teratur, aku yakin istriku subur juga. Apakah aku kena hukuman karena aku selingkuh dengan Bu Siti? aah, mosok. Nggak mungkin itu. Apakah karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena menyetubuhi Bu Siti itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka hubungan gelap itu perlu diteruskan, dipelihara, dan dilestarikan.

Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Siti, kami sepakat dengan membuat kode khusus yang hanya diketahui kami berdua. Apabila Pak Agus tidak ada di rumah dan benar-benar aman, Bu Siti memadamkan lampu di sumur belakang rumahnya. Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam, berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Siti. (Anda dapat meniru caraku yang sederhana ini. Gratis tanpa bayar pulsa telepon yang makin mahal). Karena dari samping rumahku dapat terlihat belakang rumah Bu Siti, dengan mudah aku dapat menangkap tanda tersebut. Tetapi pernah tanda itu tidak ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Siti sudah bosan denganku. Tetapi ternyata memang kesempatan itu benar-benar tidak ada, sehingga tidak aman untuk bertemu.

Pada suatu hari aku berpapasan dengan Bu Siti di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa baik-baik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia berkata, "Dik Edi, besok malam minggu ada keperluan nggak?"
"Kayaknya sih nggak ada acara kemana-mana. Emangnya ada apa?" jawabku dengan penuh harapan karena sudah hampir satu bulan kami tidak bermesraan.
"Nanti ke rumah yaa!" katanya dengan tersenyum malu-malu.
"Emangnya Pak Agus nggak ada?" kataku. Dia tidak menjawab, cuma tersenyum manis dan pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa, darahku pun berdesir juga membayangkan pertemuanku malam minggu nanti.

Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu itu, sehingga tidak menaruh curiga atau bertanya apa-apa kalau pergi keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu Siti. Aku hanya memakai sarung, (tidak memakai celana dalam) dan kaos lengan panjang biar agak hangat. Dan memang kalau tidur aku tidak pernah pakai celana dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih rileks dan tidak sumpek, serta penisnya biar mendapat udara yang cukup setelah seharian dipepes dalam celana dalam yang ketat.

Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Siti sudah padam dari tadi. Aku berjalan memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku menuju ke samping rumah Bu Siti. Aku ketok kaca nako kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang. Tidak berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali. Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Siti masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali, kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami sangat menikmati kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tidak mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Setelah itu, Bu Siti mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami berpandangan mesra, Bu Siti tersenyum manis dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.

"Paa, sudah lama kita nggak begini", katanya lirih. Bu Siti sekarang kalau sedang bermesraan atau bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya. Nampaknya Bu Siti menghayati betul bahwa Annisa, anaknya yang cantik itu bikinan kami berdua.
"Pak Agus sedang kemana sih maa", tanyaku.
"Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan hanya Annisa saja yang ikut. Tenang saja, pulangnya baru besok sore", katanya sambil terus mendekapku.
"Maa, aku mau ngomong nih", kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Siti diam saja dan memandangku penuh tanda tanya.
"Maa, sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum hamil-hamil juga. Kamu tahu, mustinya secara fisik, kami tidak ada masalah. Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal bikinnya tidak pernah berhenti, siang malam", kataku agak melucu. Bu Siti memandangku.
"Pa, aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin suamiku tidak akan mengijinkan adiknya Annisa kamu minta menjadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya, dan pasti suamiku akan sayang sekali. Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yang mengurusnya. Tidak seperti sekarang, keenakan dia. Cuma bikin doang, giliran sudah jadi bocah orang lain dong yang ngurus", katanya sambil merenggut manja. Aku tersenyum kecut.
"Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Biar tahu rasa", kataku.
"Ya sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu sama telornya Rini (nama istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil", katanya menghiburku.
"Ya mudah-mudahan. Tolong didoain yaa.."
"Enak saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Rini istrimu itu. Mustinya Papa kan punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan. Kok malah minta didoain. Gimana siih", katanya manja dan sambil memelukku erat-erat. Benar juga, mestinya kami ini jadi suami-istri, dan Annisa itu anak kami.
"Maa, kalau kita ngomong-ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi menurun lho. Jangan-jangan nggak jadi main nih", kataku menggoda.
"Iiih, dasar", katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat.
"Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap doong!" katanya manja.

Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tentu saja kami tidak puas hanya berciuman dan berpelukan saja. Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Siti mandah saja. Pasrah saja mau diapain. Dia memakai daster dengan kancing yang berderet dari atas ke bawah. Kubuka kancing dasternya satu per satu mulai dari dada terus ke bawah. Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yang sudah lepas kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yang putih menggunung (dia sudah tidak pakai BH). Celana dalam warna putih yang menutupi vaginanya yang nyempluk itu aku pelorotkan. Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yang indah, vaginanya yang agak terbuka, aduh pemandangan itu sungguh indah. Benar-benar membuatku menelan ludah. Wajah yang ayu, buah dada yang putih menggunung, perut yang langsing, vagina yang nyempluk dan agak terbuka, kaki yang indah agak mengangkang, sungguh mempesona. Aku tidak tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Siti. Kugumuli dia dengan penuh nafsu. Aku tidak peduli Bu Siti megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sih.

"Uugh jangan nekad tho. Berat nih", keluh Bu Siti.
Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. Penisku yang sudah tegang banget aku paskan ke vaginanya. Terampil tangan Bu Siti memegangnya dan dituntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah. Tidak ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam vaginanya. Dengan penuh semangat kukocok vagina Bu Siti dengan penisku. Bu Siti semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih. Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.
"Teruus, teruus paa.. sshh.. ssh.." bisik Bu Siti
"Maa, aku juga sudah mau.. keluaarr",
"Yang dalam paa.. yang dalamm. Keluarin di dalaam Paa.. Paa.. Adduuh Paa nikmat banget Paa.., ouuch..", jeritnya lirih yang merangkulku kuat-kuat. Kutekan dalam-dalam penisku ke vaginanyanya. Croot, cruut, crruut, keluarlah spermaku di dalam rahim istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Bu Siti menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia merangkul kuat-kuat. Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. Penisku masih di dalam, aku gerakkan pelan-pelan, aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Vaginanya licin sekali penuh spermaku. Kucabut penisku dan aku terguling di samping Bu Siti. Bu Siti miring menghadapku dan tangannya diletakkan di atas perutku. Dia berbisik, "Paa, Annisa sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya paa. Aku ingin dia seorang laki-laki. Sebelum Papa tadi mengeluh Rini belum hamil, aku memang sudah berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Sekalian untuk test apakah Papa masih joos apa tidak. Kalau aku hamil lagi berarti Papa masih jooss. Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yang baru saja dibuat ini." Dia tersenyum manis. Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.

Malam itu aku bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan. Kami tuntaskan kerinduan dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku menunggu dengan harap-harap cemas, jadikah anakku yang kedua di rahim istri gelapku ini? Salam.

Sunday, April 1, 2018

Sahabat Suamiku Yang Berasal Dari Luar Kota

Sering kali suamiku ngobrol bersama temannya temannya di pos security yang tidak begitu jauh dari rumah, mereka biasa saja ngobrol sampai larut malam entah apa saja yang mereka ngobrolkan, aku tidak pernah kepo, namun sesekali suamiku suka juga menceritakan keseruan obrolan mereka, tentu saja aku mengetahui teman teman suamiku, karna mereka satu cluster perumahan, dan pertemanan mereka juga sudah tahunan, usia mereka juga berfariasi, ada yg seumuran suamiku dan ada yg sudah 50 tahunan juga.

Suamiku berumur 40 tahunan, namun masih kelihatan muda dan gaul karna penampilannya yg cuek dan mudah bergaul, di kantor juga begitu, punya banyak teman dan komunitas, easy going gitulah..

Tak jarang juga kalau hujan suami lebih senang ngopi diteras rumah, apalagi sekarang musim kopi biji yg berasal dari penjuru tanah air, mereka pun asik bertukar cerita tenang kopi dan cara pengolahannya, bahkan membeli peralatan kopi yg tidak murah, serta bermacam macam proses biji kopi. Kata suami, kopi instan itu bukan kopi, tapi tepung, aaah ada ada saja timpalku, aku kan suka kopi saset TOP katakuuu.
Sahabat Suamiku Yang Berasal Dari Luar Kota
Sahabat Suamiku Yang Berasal Dari Luar Kota


Suatu malam, suamiku ngopi diteras rumah, rumah kami di beri pagar sama suami dan di tutup oleh plastik pagarnya demi menjaga privacy dan keamanan didalamnya, dia mulai mempersiapkan kopi dan peralatannya, aku menyeletuk, gak ada temannya ya pi di pos security?

“Iya nih mi, pada tiarap semua, padahal baru jam 9 malam, biasanya kalau jumat gini mah ngobrol sampai jam 2 pagi kita”

ya udah deh pi, mimi di kamar aja ya kataku, mimi mau nonton tv aja.

Iya mi, kalau mimi mau bobok duluan sok atuh, papi mau nyantai aja dulu disini, ini papi dah wa Malik, mau nunjukin ke dia kopi yg baru papi dapat dari teman kantor, yang baru pulang dari Banyuwangi”

“Have fun ya piii” kataku, akupun pergi ke kamar tidurku, anak anak pasti sudah bobok di atas, pembantu juga sudah bobok di kamarnya.

Aku pergi kekamarku, mengganti bajuku dengan baju tidur yang tipis dan seksi, aku pilih celana dalam model mini hampir menyerupai g-string, tanpa BH, sekilas aku memandang diriku di kaca kamar, putih, seksi…. Hmmmm walaupun aku sudah memasuki umur 40 tahun, tapi badanku tidak kalah sama anak mahasiswi, karna aku rajin olah raga impact dan olahraga BL, seminggu aku olahraga 5 kali sehingga badanku pun padat berisi, seperti biasa sebelum ke peraduan, aku sikat gigi dulu kekamar mandi yg ada dikamar tidur kami, malas kekamar mandi belakang.

Sehabis sikat gigi aku melihat diriku lagi di kaca, sempurna gumanku, lalu tiduran sambil nonton tv, mmm acaranya tidak ada yg bagus, aku matiin tv dan mengambil majalah yg baru dating hari ini.

Di Luar suamiku sudah ngobrol ngobrol dengan temannya, namanya Malik, Malik rumahnya tidak jauh dari rumah kami, hanya berjarak 4 rumah, lebih tua 5 tahun dari suamiku, orangnya putih bersih, manajer di bank swasta., dia mempunya satu anak, dan istrinya terkena kanker payudara, sudah diangkat dan sekarang sudah berangsur sembuh, mereka asik ngobrol ngalur ngidul.
Sahabat Suamiku Yang Berasal Dari Luar Kota
Sahabat Suamiku Yang Berasal Dari Luar Kota

Udah jam 11 malam tapi mataku belum serasa ngantuk, dari tadi baca majalah ini belum selesai, banyak gossip dan fashion yg aku suka, lalu aku cek fashion nya di gadget, semakin penasaran jadinya.

Jam 12:00 kurang aku sudah merasa mengantuk, kubereskan majalah dan gadgetku, pintu kamar sengaja aku tidak tutup, ac tidak aku hidupin, karna malam ini udaranya sejuk, aku mulai naik ke tempat tidur memeluk guling, karna sepi, samar samar aku bisa mendengarkan suara suamiku dan Malik diluar sana, aku mendengar pak Malik mau pipis. Aku mendengar suamiku dengan asal mengatakan, masuk pintu ke kiri nanti ke arah kamar yg dibelakang itu, disana ada kamar mandi katanya.

What.. kataku dalam hati, ini kan kamar mandi dalam kamar kita, mungkin suamiku sekenanya ngmong gitu karna dia tidak pernah pakai kamar mandi yang dekat dapur, aku langsung pura pura tidur, aku mendengar langkah pak Malik mendekat, badanku masih membelakangi arah datang Malik, langkah Malik tiba tiba berhenti, mungkin dia ragu untuk meneruskan atau berbalik, aku mencoba bernafas setenang mungkin, baju tidur yang aku pakai sangat mini, dipundak hanya tali tipis, lebih tipis dari tali bra dan bagian bawah hanya sampai pantat saja, kalau dalam posisi miring gini pasti bokongku menyembul dan pungungku yang putih bersih pasti menggoda Malik, belum lagi aroma tubuhku yang tadi sore baru aku semprot dengan parfum bvlagri Omnia yang lembut, pasti akan mempengaruhi syaraf Malik.

Aku mendengar Malik menarik nafasnya dalam, dan pelan pelan mendekat ke arahku, aku berpikir bukannya tadi dia mau pamit ke toilet?

Rambutku di cium Malik, terasa nafasnya ditelingaku, dan tangannya dengan lembut dijatuhkan di bokongku, aku menahan nafas setenang mungkin, tangannya serasa diusapkan ke bokongku, lalu diangkat lagi, mungkin dia takut kalau aku terbangun..

Sekarang Malik mencium wangi tubuhku, wajahnya hanya berjarak satu centimeter dari kulit punggungku, kedengaran suaranya, “harum banget wangi tubuh kamu sayang”.

Wajahnya perlahan mendekat lagi ke rambutku, mencium wangi rambutku, sekarang lebih berani, aku merasakan wajah Malik menempel ke rambutku, makin lama semakin terasa wajahnya menempel.dan sekarang mencium kepalaku, aku diam saja, sekarang tangannya sudah merapat lagi di bokongku yang bulet, sedikit diremasnya bokongku, aku mulai teangsang dibuatnya, kepala Malik turun ke bawah di leherku, diciumnya leherku dan akupun merinding dibuatnya, tak tahan akupun menggerakkan kepalaku dan mengeluh, arghhhh…

Malik semakin semangat, merasa dikasi angin, dia semakin kuat meremas pahaku, dan mulutku dicium Malik, aku berbalik dan sekarang posisi terlentang, Malik semakin semangat, tangannya naik ke dadaku dan mulai meremas dadaku, akupun membalas remasan dada Malik dengan mulai mengarahkan tanganku ke sekangkangannya, terasa benda yang besar dan sudah keras, aku menyentuh dengan jariku, tiba tiba Malik menurunkan celana yang dipakainya, dan tanganku dibimbing ke kontolnya, wauuuu aku bias merasakan kontol yg besar dankeras sekali , Malik menurunkan tali baju tidurku dan mulai menurunkan pakaianku ke perut, selanjutnya Malik menciumi susuku dengan buas, dari mulutnya keluar kata kata, ahhhh enak sekali susu kamu saying, aku udah lama tidak cium susu, ohhhh aku boleh ya ciumi susu kamu sampai aku puas…..

Aku hanya melenguh dan semakin terangsang, karna memang kelemahanku adalah di susu, kalau susuku dicium dengan enak dan tidak asal cium, aku akan semakin terangsang, dan Malik sangat pintar dalam permainan ini. Dia menghisap susuku dengan perasaan, dia tidak membuat aku hilang gairah karna dia tidak menggigit dengan membabi buta, susuku yang keras karna rajin olah raga BL membuat Malik betah disana, dan akupun semakin basah.

Tangan Malik yg kiri sudah masuk kedalm celana dalamku yang mini, smentara bibirnya masih melumat susuku dengan nikmatnya, aku sudah hilang kendali, sudah tidak memikirkan suamiku diluar sana entah ngapain, mungkin asik searching searching di google.

Kini Malik meremas kedua susuku dengan tangannya, dia sangat gemes dengan susuku yang kencang, arghhhhhh, teruskan saying kataku, susuku ditekan tekan ke ranjang dengan kerasnya, dan aku sangat menikmati, tiba tiba celanaku ditariknya dengan kasar, dan langsung membenamkan wajahnya diselangkanku, lidahnya dijulurkan sampai mentok, aku menggelinjang dan tanganku reflex memegang lagi kontolnya, kutarik badannya ke ranjang, kubalikkan badanku dan kucium kontol Malik yang besar dan gede, keras seperti kayu…. Malik mengerang lembut, dia sudah tak tahan ketika kuisap isap kontolnya, dia membalikkan badanku, katanya” masukin ya, keburu ketahuan suami kamu, aku diam saja, dan kontol besarnya dimasukkan perlahan lahan ke dalam memekku, arghhhh…. Gede dan keras, tanganku bereaksi meremas dada Malik, dan Malik pun langsung menggoyangkan, memompa memekku dengan kecepatan tinggi, sepertinya Malik tidak mau berlama lama, mungkin takut ketauan, dan tidak berapa lama Malik mengerang memelukku keras sambil menciumi bibirku dengan kasarnya, ooooooooh saying aku keluar … ooooohhhhhhh.

Sekejap kemudian Malik menarik kontolnya dan langsung memakai baju dan celananya..

Dia langsung meninggalkanku begitu saja…. Dimana aku masih belum keluar, spermanya membasahi dalam memekku, akupun langsung kekamar mandi membersihkan badanku.

Samar samar aku mendengar Malik ngomong ke suamiku, sorry bro, tadi gw sekalian boker, sakit perut gara gara minum es buah tadi siang, suamiku pun menjawab, santai aja bro, liat deh ini ada kopi baru dari banyuwangi, gw mau order, bla bla bla..

Aku sudah tidak peduli lagi kepada percakapan mereka, yang aku ingat kontol Malik yang besar dan keras dan ciumannya di dadaku yang masih berasa….. ahhhhh,, malam yang sangat mengesankan.

Sunday, September 3, 2017

Perjalanan Wisata Ke Bandung Yang Berujung Dosa Dan Kenikmatan

Nama ku yunita, umur ku 28 tahun, aku bekerja sebagai pengajar di salah satu TK Islam.
aku mengajar hanya di pagi hari sedangkan siang hari sibuk dengan kegiatan rumah tangga.
di keeharian aku mengenakan jilbab, aku termasuk wanita yang lumayan gendut tapi masih proposional, karena memang tinggi badanku sekitar 168, jadi tidak terlalu kelihatan gemuk hehhe.
aku memiliki 1 orang anak, berumur 4 tahun, saat mengajar aku titipkan anak ku pada ibu mertua ku.
kejadian ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu, pagi itu saat aku sedang mengajar, tiba2 HP ku berbunyi,

saat aku cek ternyata telpon dari suami ku, tetapi beberapa kali berdering HP ku, tidak aku angkat, karena
memang saat itu aku sedang mengajar.
setelah aku izin keluar, aku telpon balik suami ku.
ternyata suami ku meminta ku untuk mengirimkan Hardisk nya yang tertinggal melalui jasa ojek online.
sebab hardisk tersebut akan digunakan untuk meeting.
karena aku takut hardisknya hilang, maka aku putuskan untuk mengantarkan langsung hardisknya, ke kantor suami ku,
kebetulan waktu mengajarku pun sudah selesai.
suami ku bekerja disalah satu perusahaan perkreditan, kami menikah tanpa berpacaran, saat itu aku dikenalkan oleh sahabatku,
dan kemudian sebulan setelah itu suami ku mengajak aku menikah dan pernikahan itu pun berjalan hingga saat ini.
aku sampai di kantor suami ku, aku pun menunggu suami ku di dekat pos satpam, yang kebetulan ada bangku2 untuk menunggu.

aku telpon suami ku, tetapi tidak diangkat, mungkin sudah meeting, akhirnya aku sms suamiku, memberitahukan kalau aku sudah sampai di kantor.
saat menunggu aku di sapa oleh seorang satpam.
sedang menunggu siapa bu? tanya satpam.
owh ini mau mengantarkan Hardisk suami ku, jawab aku,
namanya Pak Siapa? tanya satpam lagi
pak Mahfud pak, jawabku singkat.
Ow sebentar bu saya coba telpon, satpam tersebut terlihat menelpon, tetapi entah telpon siapa, mencoba membantu ku.

Setelah menutup telpon, dia memberi tahu aku, jika nanti suami ku akan ke tempat ku berada.
sambil menunggu, aku memainkan game yang ada di HP, sesekali pak satpam mengjakku ngobrol,
walaupun sebenernya aku agak risih juga.

karena aku memang agak risih jika ngobrol dengan lawan jenis, apalagi pak satpam tersebut yang aku baca di nametag nya bernama Slamet, mempunyai tato di lengannya,
walaupun tidak terlalu banyak, namun berkat pak Slamet terebut suasana menjadi cair, ternyata pak Slamet suka bercanda-bercanda, yang membuatku sedikit tertawa2.
Akhirnya suami ku datang, aku pun diajaknya ke dalam kantor, dan menuju kantin. aku disuruh menunggu dikantin, karena kata suami ku, dia akan segera pulang setelah rapat selesai,
dan rapatnya hampir selesai, jadi aku disuruhnya menunggu.

ya sudah akhirnya aku tetap menunggu dengan memakan makanan kantin.
sudah hampir 1 jam aku menunggu, tiba-tiba saya lihat pak Slamet satpam tadi, sedang membeli sesuatu, ternyata dia membeli makanan. dan sialnya pak Slamet melihat aku.
tak disangka pak Slamet menghampiri aku dan makan di tempat meja ku. aku sedikit risih, tapi tidak enak juga jika aku mengusirnya, akhirnya aku biarkan saja.

pak Slamet mengajaku ngobrol, aku hanya menanggapinya sesekali, entah mengapa pak Slamet sok akrab denganku, candaan yang membuatku tertawa pun membuatku merasa tidak risih.

setelah pak Slamet selesai makan, dia pun kembali ke posnya, dan tak lama setelah itu suami ku datang.

aku pun pulang bersama suami ku.
di dalam mobil aku ceritakan tentang pak Slamet, kata suami ku, memang pak Slamet orangnya humoris dan mudah bergaul.
tetapi yang tidak aku sangka ternyata pak Slamet itu merupakan mantan preman. pantes pak Slamet memiliki tato.

selain jadi satpam ternyata dia juga bekerja sebagai supir rental mobil.
hari itu tidak aku pikirkan, hingga berlalu begitu saja.
dan sampai pada sebulan setelah itu, di TK tempat ku mengajar, mengadakan kegiatan wisata.
kebetulan aku di tunjuk sebagai ketua panitia. setelah menjalani rapat dengan orang tua murid akhirnya disepakati kami akan wisata religi di daerah bandung.
namun kami mengalami kesulitan untuk mendapatkan kendaraan bus kecil yang murah dan nyaman, karena memang buget keuangan tidak terlalu banyak, setelah tanya sana sini.
tidak juga didapatkan, sebenarnya ada tetapi harganya terlalu mahal, dan sekalinya murah kondisi busnya kurang baik.

akhirnya aku tanya2 ke suami, suami ku bilang nanti akan coba ditanyakan ke teman-temannya.
beberapa hari kemudian, suami ku bilang, kalau pak Slamet, memiliki chanel untuk penyewaan bus kecil, kami memang hanya membutuhkan bus kecil, karena sudah cukup, memang tidak terlalu banyak juga.

akhirnya suami ku memberikan nomor HP nya pak Slamet.
aku tanya-tanya ke pak Slamet, ternyata benar dia mempunyai teman yang memiliki penyewaan bus, aku pun diajak pak Slamet untuk melihat bus tersebut.
setelah aku lihat-lihat ternyata lumayan juga kondisi busnya, harganya pun murah, mungkin karena teman dengan pak Slamet, namun terdapat kendala bahwa tidak ada sopir yang free untuk mengemudikan bus tersebut pada hari H.
tiba-tiba pak Slamet menawarkan untuk menjadi sopir, aku bilang lah memangnya pak Slamet bisa? dia bilang bisa.

kebetulan hari wisata nya bertepatan dengan hari libur pak Slamet. sebagai satpam pak Slamet bekerja 24 jam, kemudian libur 1 hari, begitu seterusnya, karena wisatanya tidak menginap, berangkat subuh dan pulang di sore hari.
akhirnya aku dan pak Slamet pun deal dan dia pun rela di bayar seikhlasnya yang penting dapat makan kata dia, hehehe. akhirnya aku pun membayar DP bus tersebut, sisanya akan dibayarkan pada hari H.

sejak itu pak Slamet sering menghubungiku, tetapi itu hanya mengenai masalah2 wisata saja, anehnya lagi dia menghubungiku saat suami ku bekerja, sepertinya dia
memperhatikan apakan suami ku sudah pulang atau belum.
tetapi tidak ada yang aku curigai, karena memang yang dibicarakan hanya sekedar mengenai wisata saja.

Hari H pun tiba, dari subuh aku sudah menuju tempat penyewaan bus, dengan di antar oleh suami ku, setelah pembayaran udah selesai, aku dan pak Slamet segera menuju ke TK.
sementara suami ku pulang kerumah, karena memang suami ku tidak ikut karena bekerja.
Pak Slamet mengajak satu orang temannya yang menjadi kenek bus tersebut.
semua berjalan lancar, hingga sampai dibandung sesuai dengan rencana.
namun pada sore hari saat akan menuju ke arah pulang, terjadi hujan lebat, sehingga harus berjalan perlahan, ditambah dengan macet, menyebabkan perjalannan terhambat, aku pun menghubungi suami ku yang rencananya akan menjemputku di TK,

suamiku tidak masalah, memintaku menghubunginya jika sudah dekat.
perjalanan pulang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, rencana sampai di TK pukul 8 malam, ini baru sampai di TK pukul 10 malam.
karena suasana tidak kondusif aku jadi lupa menghubungi suami ku, karena aku sibuk mengurus para peserta wisata yang sudah merasa tidak nyaman karena terlalu malam.
akhirnya satu persatu sudah meninggalkan TK, aku pun menghubungi suami ku, namun saat aku telpon suami ku tidak mengangkat telpon ku, mungkin dia tertidur.
saat sedang mencoba menghubungi suami ku, tiba2 pak Slamet menghampiri aku, dan berkata bahwa dia akan mengembalikan busnya.

aku bilang, iya pak silahkan.
dia pun bilang ke aku, suaminya belum jemput bu yun?
belum nih sepertinya suami ku tertidur. nanti aku coba telpon lagi.
Pak Slamet pun menawarkan untuk mengantarkan aku, wwah kebetulan kata ku, akhirnya aku pun meng iyakan saja. tapi mengantarkan bus nya dahulu. aku pun ikut pak Slamet mengantarkan busnya,
karena takut juga kena denda karena busnya telat sampai.
aku di bus berdua dengan pak Slamet, karena kenek nya pak Slamet sudah turun di pertengahan jalan karena memang melewati rumahnya.

di dalam bus kami hanya ngobrol biasa saja, walaupun sudah mengenal pak Slamet aku masih agak sedikit risih juga, aku duduk di bangku kenek yang berda dekat pintu keluar dibagian depan bus.
pak Slamet masih suka bercanda saja padahal hari sudah larut malam.
saat sedang berjalan tanpa aku sadari aku tertidur, entah berapa lama aku tertidur, tiba-tiba aku terbangun ketika tiba2 bus berhenti dengan mendadak. aku sedikit kaget.
aku terbangun, dan menanyakan kepada pak Slamet apa yang terjadi, pak Slamet pun tidak tahu, pak Slamet turun dari bus, dan mengecek mesin yang ada di dbelakang bus.
kata pak Slamet bus nya mogok, kami berdua pun bingung, akhirnya kami minta bantuan sopir angkutan yang lewat untuk dorong bus kami ke pinggir jalan.
setelah bis sampai di pinggir jalan kami pun bingung, akhirnya pak Slamet menyuruhku tenang dan menunggu di dalam bus, dari dalam bus aku lihat pak Slamet sedang telpon di luar bus. sepertinya pak Slamet mencari bantuan.

pak Slamet pun masuk kedalam bus, dan bilang nanti orang rental busnya akan datang kesini, hal tersebut membuatku tenang, aku ambil tas ku untuk ambil HP untuk mencoba menghubungi suami ku, tetapi ternyata HP ku sudah mati.

ya sudah akhirnya aku tunggu saja bantuan dari rental bus.
aku duduk di bangku penumpang agar bisa selonjoran karena cukup lelah, aku perhatikan pak Slamet sedang merokok di bangku supir, sambil beberapa kali ngobrol.
tiba2 pak Slamet pun menghampiriku di kursi penumpang, aku kaget tau2 dia duduk di sampingku.
sambil duduk disampingku pak Slamet bilang, cape ya bu,
iya Pak,

tidur saja bu yun jika ngantuk,
iya pak, mana bisa tidur jika kondisinya seperti ini.
iya ya bu tidak kepikiran pakai mogok segala busnya.
kami pun ngobrol, dengan duduk bersebelahan.
saat sudah mulai habis bahan obrolan, tiba2 pak Slamet menyentuh tangan ku, aku kaget, tetapi aku berpikir positif mungkin pak Slamet tidak sengaja.
aku coba menyingkirkan tangan pak Slamet, tapi lagi-lagi pak Slamet menyentuh tangan ku. aku mencoba menolaknya tetapi pak Slamet malah memegang tangan ku.
aku makin takut, tetapi aku tidak berteriak, aku coba melepaskan tangan ku dari tangan pak Slamet, tetapi tidak bisa. tiba-tiba pak Slamet menatap mata ku, aku agak takut mata nya tajam menatap ku.
tiba-tipa wajah pak Slamet mendekati wajah ku, aku ketakutan, tapi entah mengapa aku tidak berteriak.

aku mencoba membuang muka ku, jangan pak, aku sedikit berteriak,
tiba-tiba pak Slamet memegang kepala ku dengan kuat, dan langsung mencium bibir ku.
aku berontak sekuat tenaga, tetapi tidak berdaya, tenaganya sangat kuat, aku mau berteriak tetapi tidak bisa karena mulutku di lumat.
aku makin ketakutan, aku merasa malu, aku tetap mencoba berontak tapi tetap tidak bisa, hingga aku lemah,
pak Slamet merasa aku tidak berontak, dia mulai mencium bibir ku dengan lembut.
entah mengapa aku merasa terbawa oleh ciuman pak Slamet. tetapi aku tidak membalas ciumannya, jelas aku malu.

lelaki yang biasa menciumku hanyalah suami ku. aku merasa berdosa,
tapi entah mengapa, aku terbawa oleh ciuman ciuman pak Slamet. aku pejamkan mataku.
merasakan kenikamatn ciuman pak Slamet, walaupun dalam hati memberontak.
aku semakin terpejam, sampai akhirnya pak Slamet menghentikan ciumannya.
aku merasa hampa, entah apa yang akan dilakukan oleh pak Slamet, aku masih memejamkan mata, tetapi tidak ada yang dilakukan pak Slamet.

aku buka mataku, kulihat pak Slamet tersenyum kepada ku, mungkin karena dia tau aku sudah masuk kedalam permainannya. karena aku tidak teriak.
tiba2 pak Slamet membangunkan aku hingga aku berdiri, pak Slamet pun memeluk ku, entah mengapa aku hanya menurut saja.
sambil memeluku pak Slamet mencium bibir ku lagi, kali ini entah mengapa aku merasa ingin membalas ciumannya.
aku ering berciuman dengan suami ku, tetapi tidak pernah ciuman selama ini, hingga aku sulit bernafas.

tak adarkan diri akhirnya aku membalas ciuman pak Slamet.
kami saling berciuman,
ciuman pak Slamet makin membuatku terbawa pada arus kenikmatan.
hingga aku rasakan ada cairan mengalir di vagina ku.

aku kaget ketika tiba2 tangan pak Slamet meraba payudara ku,
aku tak bisa berontak, aku coba singkirkan tangan pak Slamet dari payudara ku, tetapi perlawananku hanya seperti angin berlalu.
aku sungguh menikmati permainan pak Slamet,
payudaraku di mainkan oleh pak Slamet.
hingga tiba2 pak Slamet menurunkan releting dibelakang baju kurung ku dan membuka baju ku.
aku udah tidak mampu melawan karena birahi yang sudah merasuki tubuhku.
kemudian dia membuka tengtop ku dan BH ku.
bagian atas ku sudah tebuka.
Perjalanan Wisata Ke Bandung Yang Berujung Dosa Dan Kenikmatan

tiba-tiba pak Slamet menyentuh puting ku, aku tak bisa menahannya, vaginaku semakin basah,
pak Slamet memainkan puting ku dengan dipilin pilin, jelas itu adalah kelemahan aku, dan kelemahan semua wanita.
aku pun mulai mendesah, pak Slamet makin panas, hingga aku mengelijang ketika lidahnya menyentuh puting ku.

sapuan lidahnya membuat aku tidak karuan.
desahanku makin intens, membuat pak Slamet semakin semangat.
aku pun dibaringkan di lantai bus.
aku lihat pak Slamet membuka bajunya,
badanya penuh dengan tato dan cukup kekar.
terus terang aku semakin bernafsu melihat badan pak Slamet.
pak Slamet tiba2 membuka celana panjangku, hingga aku hanya menggunakan CD saja.
kemudian pak Slamet menindih tubuhku, dan mencium bibirku lagi.
sambil mencium bibirku, tangan pak Slamet meraba vaginaku dari luar cd ku.
sunggu perasaan yang luar biasa, bahkan tidak pernah aku rasakan sensasi seperti ini,
gesekan divaginakan begitu lembut, membuat vaginaku semakin becek.
pak Slamet membuka cd ku, kaki kanan dan kiri ku di naikan di bangku2 bus, sehingga aku mengangkang.

aku takut apa yang akan dilakukan pak Slamet.
benar saja, tiba-tiba pak Slamet menjilat vaaginaku, aku menggelijang, tak kuat menahan jilatan pak Slamet.

aku tidak bisa diam mendesah, tanganku mencengkram kepala pak Slamet, jilatan pak Slamet membuatku tak berdaya hingga cairan dari vagina terus mengalir.
pak Slamet terus menjilati vaginaku dengan sekali2 merapa bulu kemaluanku dengan tangannya.
aku sudah tidak berdaya, hanya pasrah saja dengan apa yang dilakukan oleh pak Slamet.
akhirnya dipuncaknya, pak Slamet berdiri, kulihat dia membuka celanyanya,
entah apa yang kurasakan saat itu,
apa lagi saat aku lihat penis pak Slamet, yang hitam dan besar.
aku tak bisa berfikir lagi.

hingga pak Slamet duduk di selangkangan ku.
kurasakan penis pak Slamet menggesek2kan penisnya di mulut vaginaku.
tiba tiba dia menghentikan kgiatannya,
lalu menciumku,
dan berkata kepada ku,
bu yun saya masukin ya??
aku hanya diam saja,
hati ku ingin menolaknya, tapi di lain sisi nafuku sudah tidak tertahankan.
kurasakan penis itu mulai sedikit demi sedikit masuk ke vaginaku.
rasanya sunggu membuat ku gemetar,

hangatnya penis pak Slamet, terasa hingga dinding vaginaku.
hingga penis pak Slamet sampai mentok di dalam vagina ku.
pak Slamet mulai memompa vaginaku,
aku peluk erat pak Slamet,

pinggulku mengikuti irama pompaan pak Slamet.
hampir 1 jam pak Slamet memompa vaginaku,
entah berapa kali aku klimax
hingga akhirnya pak Slamet mendesah, dan memuncratkan spermanya yang deras ke dalam vagina ku.
aku mengerang, begitupun pak Slamet.
pelukan pak Slamet dengan nafas yang ter engah2 membuatku nyaman,
vaginaku tersa hangat sekali, hingga sekali lagi aku klimax.
Perjalanan Wisata Ke Bandung Yang Berujung Dosa Dan Kenikmatan

aku merasa berdosa dengan suami ku, tetapi kenikmatan yang kurasakan begitu membuatku melayang dan membuatku nyaman.
aku pakai pakaian ku, begitu pun pak Slamet, aku diam tak banyak bicara.
skip skip2 sampai di tempat rental bus, aku pun minta pak Slamet mengantarkan ku pulang.
dengan motornya akhirnya kami meninggalkan rental bus.
aku tak tau kenapa, ternyata pak Slamet membawaku ke sebuah hotel, aku sudah terbayang apa yang akan dia lakukan,

tapi jelas aku memikirkan suami ku, dan apa yang terjadi bila aku tidak pulang.
aku pun minta diantarkan pulang oleh pak Slamet.
namun karena pak Slamet bilang kepadaku, bahwa karena sudah larut malam aku menginap di rumah salah satu teman pengajar di TK,
akhirnya aku telpn suami ku, dan ternyata suami ku percaya saja.
akhirnya aku dan pak Slamet pun masuk ke kamar hotel. permainan ini kami lanjutkan hingga pagi hari. tidak terhitung berapa ronde kami lalui pada malam tersebut.

Setelah kejadian malam tersebut, pak Slamet menjadi penghangat malam ku dikala suamiku harus melakukan perjalanan keluar kota